Sabtu, 06 April 2013


Je t'aime pour sans raison, chéri. (Part 3)

∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

Aku kembali kekelas dengan perasaan yang sedikit.. lucu. Oke, mulai sekarang, aku akan memanggil remaja laki-laki itu dengan sebutan "kacang" , atau mungkin kepanjangannya adalah "Kak Changmin" karena selain dia mirip dengan Max, dia kelihatannya seorang murid kelas 12, yang sedang sibuk mengurus surat-surat menjelang kelulusan (mungkin?)

Dikelas, aku masih saja mengingat saat Kacang melakukan hal itu, dia benar-benar seperti anak kecil. Aku tersenyum setiap kali mengingat itu, aku tak mengerti kenapa, tapi.. 

Aku tersenyum karena dia
Dan aku tak tahu apa alasan pasti yang membuatku

Tersenyum..?

Inikah yang disebut

Love at first sight?


Disaat aku tengah termenung karena Kacang, tiba-tiba temanku menegurku,

"Ri! lo kenapa deh kok senyum-senyum gitu??", tanya temanku yang sontak membuatku terkejut,
"Eh?? enggak apa-apa kok, tadi.. liat kacang.",
"kacang? siapa lagi dah tuh?", 
"yang waktu itu futsal, kelas 12, aku udah cerita kan?",
"Oooh yang itu.", jawabnya dengan nada sangat tidak tertarik, nada bicaranya sedikit tidak enak.
Tapi yasudah lah, toh kalau pun dia memang tidak tertarik dengan ceritaku, ya aku juga.. tidak apa-apa deh.

***

Bel istirahat sholat pun berbunyi, para murid pun segera berhamburan keluar kelas, guru-guru sudah ancang-ancang hendak kabur keruang guru, sementara aku bangkit dari tempat dudukku dengan malas dan menenteng-nenteng telepon genggam dengan layar terkunci. Tiba-tiba aku melihat sosok seorang remaja, dengan tinggi badan sekitar 174 cm, kulitnya berwarna cokelat terang, rambutnya tertata sangat rapi, bajunya juga rapi, celana yang sedikit berlebih diujungnya, dan gaya berjalan khas yang sangat aku ingat. 

Dan suaranya yang sangat familiar.

Ya, itu adalah Kacang. Kacang, remaja laki-laki yang waktu itu aku tak sengaja temui sewaktu classmeet, dan aku yakin itu benar-benar dia karena aku hafal dengan apapun yang berhubungan dengannya.

Aku melihatnya, dia sedang berjalan menuju kebawah, baru saja turun dari lantai tiga, bersama beberapa orang temannya. 

Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi. 

Akhirnya, aku pun turun untuk menyusulnya, namun saat sampai dibawah, dia yang berjalan lebih cepat dariku, ternyata tidak tersusul. Namun, ketika aku berbalik, tiba-tiba aku melihat remaja yang sangat mirip dengan Kacang, yang aku temui saat baru sampai disekolah, tadi pagi. 

Apa dia memiliki saudara kembar? Karena... mereka berdua, kalau dibandingkan, benar-benar mirip, atau, bisa dibilang identik.

Sayangnya, remaja yang satu ini, tampangnya sedikit urakan, itu yang membuatku tidak suka saat melihat wajahnya. 
Entahlah.. mungkin, nanti akan aku tanyakan pada temanku yang juga anak kelas 12.


***
Pulang sekolah, aku dan temanku mencari temanku yang berada dikelas lain, kami berempat beda jurusan, aku dan teman sekelas dan juga teman sebangkuku ada dijurusan IPA, sedangkan, yang dua lagi, ada dijurusan IPS dan mereka satu kelas. 

Temanku pergi menyusul temanku yang satu lagi, sebut saja Umi. Temanku menyusul Umi kekelasnya, sementara aku menunggui tas temanku dimeja piket, tiba-tiba, ada seorang remaja laki-laki yang melewati meja piket, entah tak jelas wajahnya, tapi, dia memakai jaket berwarna hijau agak tua.

Remaja laki-laki itu ternyata...

"Ari, Rofi mana?", tanya suara yang sangat familiar yang tiba-tiba mengejutkanku yang sedang mengamati remaja itu,
"Eh? Cahya? Fiqi lagi nyari Umi kekelasnya, lho? Kamu gak bareng sama Umi sama Rofi?", jawbku, sambil kembali melontarkan pertanyaan pada temanku, 
"Enggak, aku nggak bareng sama Umi sama Rofi, kalau ketemu kan aku udah kesini bareng sama mereka..."

Betul juga sih.

"Yaudah, duduk aja dulu sini..", ucapku sambil mempersilakannya duduk.

Sambil menunggu kedua temanku yang lain datang, aku dan Cahya bercerita-cerita tentang hal-hal yag menurut kami lucu, bikin greget senang, bikin deg-degan, atau justru yang bisa buat ketawa ngakak sampai nangis sampai sakit perut sampai jatoh-bangun-bangkit lagi sampai sampai deh

Namun, disaat kami sedang asyik bercerita, tiba-tiba seorang remaja laki-laki memakai semacam jaket almet berwarna biru tua dan bertuliskan Psycho--- muncul, melewati meja piket, rambutnya acak-acakan karena basah oleh keringat, tasnya berwarna biru, dengan pinggiran berwarna merah.

Ya, itu remaja laki-laki yang mirip dengan Kacang, yang juga semenjak itu kuputuskan untuk memanggilnya Kacang 2. Lagi-lagi dia, tiba-tiba saja muncul pertanyaan dalam kepalaku, 

Kenapa, setiap Kacang 1 muncul, dia tak pernah terlihat? Tapi, kalau dia yang muncul, pasti kacang 1 tak ada, sebenarnya, apa betul kalau mereka saudara kembar? Karena, mereka benar-benar identik. Mungkin, bahasa gaul yang pas untuk kondisi yang aku hadapi kali ini adalah...

Aku kepo.


Sejak saat itu, aku terus berusaha mencari tahu apa-apa tentang mereka berdua, Kacang 1 dan Kacang 2. Entah itu kepada temanku yang anak kelas 12, atau mungkin dengan mencari sendiri dari papan nilai anak kelas 12, yang jelas... Aku kepo, mungkin tingkat ke-kepo-annya sudah tinggi. Hahaha.





Tobe continued to the next part... 

Part 3 finished




~Fin~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar